Kuning adalah salah satu warna cerah dalam bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Kata ini untuk menyebut warna matahari, emas, atau yang menyerupai itu.
Tapi tahukah Anda bahwa kata “kuning” dalam bahasa Proto-Melayu berasal dari kata “kunyit”?
Ya. Kuning dan Kunyit berasal dari kata yang sama dalam bahasa Proto-Melayu “kunit”. Kala itu, “kunit” menunjukkan warna kuning yang didapat dari warna kunyit.
Apa itu bahasa Proto-Melayu?
Bahasa Proto-Melayu atau diterjemahkan menjadi Melayu Kuno adalah bahasa yang digunakan penduduk di wilayah semenanjung Melayu dan Indonesia bagian barat sejak 2500 hingga 1500 tahun sebelum Masehi. Bahasa ini diyakini menjadi nenek moyang bahasa Indonesia, bahasa Malaysia, dan bahasa Filipina. Bahasa Melayu Kuno merupakan bahasa asli di kepulauan Asia Tenggara yang belum menyerap kosakata dari bahasa Sansekerta (terjadi di bahasa Melayu Tua).
Hal menarik dari bahasa Melayu Kuno, walau digunakan sejak lama namun masih dengan mudah dimengerti di masa sekarang. Bahkan suku pedalaman seperti Dayak Iban (Utara Kalimantan) dan orang Asli (Semenanjung Melayu) masih menggunakan hingga sekarang.
Contoh lain bahasa Melayu Kuno:
- Curak = Warna
- Ma-irah = Merah
- Hijaw = Hijau / Biru
- Hitem = Hitam
- Putih = Putih
- Kunit = Kuning
Kata berikut dimengerti oleh pengguna bahasa Indonesia, Malaysia, dan Filipina.
- Banua = Benua
- Ma-kan = Makan
- Inum = Minum
- Tawa’ = Tawa
- Tangis = Tangis
- Tulung = Tolong
- Rubik = Robek
- Laban = Lawan
Video Selengkapnya:
Rujukan Pustaka
- Bani Noor Muchamad (2007). Anatomi rumah bubungan tinggi. Pustaka Banua. hal. 2 ISBN 978-97-933-8133-6.
- Neil Joseph Ryan (1976). A History of Malaysia and Singapore. London: Oxford University Press. hal. 4 – 5. ISBN 0-19-580302-7